ARSENAL,
GURUH GIPSY DAN NASIONALISME
Sudah
cukup lama saya tidak singgah di blog tercinta ini. Entah kenapa belakangan ini
agak susah mengumpulkan niat dan mood untuk MEMULAI menulis. Saya mencoba
mengambil kesimpulan: Mungkin disebabkan karena rutinitas harian yang
menjemukan. Kerja dan Kuliah.
Tulisan
yang akan saya tulis ini padahal sudah terjadi sekitar sebulan yang lalu, lho!
Dan saya baru “berkesempatan” menulisnya sekarang. Ceritanya seperti ini..
Saya
sebagai seorang Gooner alias fans Arsenal cukup beruntung bisa kedatangan tim
asuhan Arsene Wenger itu ke Jakarta, Indonesia. Seorang saudara mengatakan
kepada saya, “Wah, kamu beruntung banget ya, Ren. Belum tentu kalau suatu saat
kamu ke Inggris bisa melihat langsung Arsenal. Ehh, malah sekarang mereka yang
datang ke Jakarta dan samperin kamu.”
Ya, saya mengamini itu.
Sekitar
3 bulan sebelum kick off di Gelora Bung
Karno, saya sudah membeli tiket pre-sale nya melalui komunitas fans Arsenal
regional Jakarta. Sekedar jaga-jaga takut kehabisan dan harganya yang lebih
miring.
Dan
ternyata menjelang hari H saya mendapatkan durian runtuh. Di tempat saya
bekerja sekarang ada salah satu klien, yang kebetulan fanpagenya saya pegang
yakni beIN SPORT, melayangkan kepada kami untuk liputan di meet and greet
bersama pemain Arsenal. Alhamdulillah, rejeki bulan Ramadhan sebut saya dalam
hati. Namun, jujur saya tidak mau terlalu berharap banyak sebab dari beIN SPORT
sendiri hanya menjatahkan 2 orang saja untuk meliput yang artinya bisa saja
bukan saya yang diutus.
Namun,
pada keesokan hari kepastiannya sudah jelas: Randy Angga Islamy berangkat ke
hotel Keraton Indonesia, tempat di mana para pemain Arsenal menginap!
Kantor
kami memang menawarkan aplikasi fanpage berupa Lucky Draw untuk meet and greet
dengan pemain Arsenal. Gosipnya, yang akan kami temui adalah Olivier Giroud dan
Theo Walcott. Namun, saya tidak terlalu peduli siapa pemainnya. Yang terpenting
adalah saya bisa bertatap wajah langsung dengan para punggawa Arsenal. It’s
great, it’s a dream come true for me. Terima kasih, Ya Allah!
Pagi
itu saya sudah bersama mas Mike dan dua orang pemenang Lucky Draw di lobi Plaza
Indonesia, untuk kemudian menuju ke hotel Keraton. Di sana sudah menunggu
beberapa fans Arsenal, tidak begitu banyak ,sehingga pengamanannya meskipun
cukup ketat namun berjalan dengan hangat dan bersahabat.
Wajah-wajah
sumringah para Gooner dan Goonerettes menjadi pemandangan yang menyenangkan
sehingga saya memotret mereka dengan kamera yang sengaja sudah saya persiapkan.
Di sana saya juga berkenalan dengan seorang dari agency yang kebetulan sama
seperti saya, merupakan seorang Gooner. Ya, kami adalah orang-orang beruntung
dan terpilih! Hehehe..
Kami
menunggu di lapangan bulu tangkis Hotel Keraton yang sudah dipersiapkan juga
tenis meja. Tidak berapa lama kemudian seorang official Arsenal berseru,
“Please Welcome, Wojceich Szcsezsny!” Lalu datanglah seorang kiper muda yang
handal, bertubuh tinggi besar. Tak pelak, diri yang terkesima ini langsung
menjepret kamera dengan jumlah yang banyak. Cezny, nama panggilan Wojceich,
lalu menyalami kami satu persatu yang segera mengerubuti dan mengelilinginya.
Dia begitu tinggi sehingga kepala saya harus mendongak ke atas. Tangannya pun
besar, khas seorang kiper.
Selang
semenit, Alex Oxlade Chamberlain datang menyusul! Wow, tubuhnya tak sekecil
seperti yang terlihat di TV. Badannya kekar keras dan tingginya pun melampaui
saya beberapa centimeter.
Sama
seperti Cezny, Chambo, nama panggilan Chamberlain, menyapa dan menyalami kami
satu persatu dengan ramah.
Kemudian
mereka berdua langsung digiring oleh panitia untuk bermain tenis meja melawan
fans Arsenal yang terpilih. Dan itu bukan saya tentunya. Padahal saya cukup
mahir bermain olahraga ini. Serius.
Saya
memang sudah tahu bahwa pemain-pemain Arsenal jago bermain tenis meja. Saya
sudah pernah melihatnya di Youtube, pemain seperti Chambo dan Walcott dikenal
handal main bola pingpong. Dan memang, itu terbukti di hari ini ketika Cezny
dan Chambo apik bermain pingpong dengan teknik tinggi.
Susunan
acara meet and greetnya terbilang kurang rapi dan cenderung random. Sehingga
kami pun mencuri-curi kesempatan untuk berfoto atau meminta tanda tangan Cezny
ketika Chambo sedang bermain tenis meja. Begitu juga sebaliknya ketika mereka
secara bergantian bermain tenis meja. Ya, Alhamdulillah saya bisa berfoto
bareng dengan keduanya!
Tak
lama kemudian, acara meet and greet pun usai. Chambo dan Cezny segera ditarik
untuk hadir di acara lain. Ya, mereka mesti datang ke acara music pagi yang
terkenal itu, lho!
SESI
LATIHAN ARSENAL DI GBK
Malamnya,
setelah berbuka puasa, saya langsung pergi ke Gelora Bung Karno untuk
menyaksikan para pemain Arsenal latihan. Hujan yang cukup deras pun tidak
menjadi halangan bagi saya untuk menonton dan bagi para pemain Arsenal untuk
terus berlatih.
Di
sini, baru pertama kali saya melihat langsung bagaimana cara tim professional
berlatih. Dari metode dan uji fisiknya sungguh memukau yang mana mereka, di
tengah guyuran hujan, berlatih selama hampir 2 jam. Sesekali terdengar
chants-chants beberapa pemain Arsenal dari para Gooners yang datang.
“Sagna..
Sagna.. Bacary Sagna! He’s a dodgy hair but we don’t care, Bacary Sagna!”
Untuk
chants Sagna ini cukup lucu. Saya menangkap Lukas Podolski, saat chants
dinyanyikan, ikut bernyanyi dan memain-mainkan pipi Bacary Sagna dengan gemas.
Ya, Lukas Podolski memang termasuk “badut” di skuad Arsenal. Kehadirannya
disukai oleh semua awak Arsenal karena sikapnya yang friendly dan bersahabat.
Berulang
kali saya merekam suasana latihan dengan handphone. Momen ini sungguh harus
diabadikan dan saya cukup menyesal tidak membawa kamera SLR karena takut tidak
diperbolehkan dibawa masuk.
Diri
ini pun “menyombongkan diri” saat beberapa fans meneriakkan nama Cezny yang
berlatih sendiri (karena kiper memang berlatih terpisah). Dalam hati, “Hehehe
kalian pasti capek kan teriakin nama Cezny. Gue enak dong bisa langsung ketemu
dia dan bahkan Chamberlain juga! Hehehe..”
KICK
OFF at GELORA BUNG KARNO: INDONESIA XI vs ARSENAL
Minggu
14 Juli 2013 menjadi hari yang bersejarah bagi Indonesia khususnya para Gooners
dan saya. Arsenal bermain di bumi pertiwi tercinta untuk kedua kalinya setelah
David O’leary dan skuad Gunners sempat bertandang ke Indonesia pada dua decade
yang lalu. Hari ini akan kami, para Gooners, kenang dan akan diceritakan kepada
anak cucu kami bahwa tim terhebat pernah bermain melawan timnas Indonesia.
Sengaja
saya buka puasa di rumah dulu sebelum pergi ke GBK. Di sini, sudah datang
ribuan orang penggemar Indonesia dan Arsenal tentunya dengan semangat yang
meluap.
Namun,
hal ini agak ternoda saat ada sedikit kericuhan di pintu masuk. Rupanya, satu
pintu masuk lainnya tidak dibuka sehingga massa yang harusnya terbagi dua mesti
menjadi satu. Alhasil, saya kami harus berhimpitan masuk ke dalam stadion.
Emosi meluap, cemoohan dan umpatan kotor pun pecah mengarah panitia. Dalam
kondisi ini, saya hanya kasihan kepada Goonerettes yang harus bersesakan
terkepung oleh badan-badan besar penonton laki-laki.
Di
tribun, saya Alhamdulillah dapat spot duduk yang lumayan oke. Chants-chants
Arsenal pun terdengar megah sebelum pertandingan. Saya pun ikut berteriak
menyanyikan chants yang hanya beberapa saja dihapal.
Pukul
20.45 WIB peluit kick off pun ditiup. Agak sedikit kecewa karena tidak ada nama
Jack Wilshere di list pemain Arsenal. Belakangan diinformasikan bahwa ia
terkena flu. Namun, bisa jadi memang ia sengaja disimpan karena Arsenal masih
harus melawat ke Vietnam dan Jepang dalam laga tur pra musim Asia ini. Begitu
juga Ryo Miyaichi yang terkena cedera ringan saat latihan kemarin, sehingga
tidak dapat bermain hari ini.
Pemain-pemain
muda Arsenal pun dimainkan di sini. Ada nama Chuba Akpom, Thomas Eitsfeld, Kris
Ollson, Gideon Zelalem, Serge Gnabri dan Ignasi Miquel. Dari nama-nama ini,
saya mendukung Serge Gnabri dan Gideon Zelalem untuk masuk ke skuad utama musim
ini. Gnabry memiliki tipikal bermain seperti Chamberlain yang memiliki footwork
baik dan kecepatan dribble memukau. Sedangkan Zelalem, meskipun bertubuh kurus
namun visinya begitu luar biasa sebagai seorang gelandang tengah. Dia pun
kemudian disebut-sebut memiliki kemiripan bermain seperti eks gelandang
Gunners, Cesc Fabregas. Dan memang, selama pra musim di Asia ini Zelalem
menjadi “bocah” Arsenal yang paling bersinar.
Pertandingan
berjalan seru dan cenderung berat sebelah, hingga akhirnya skor akhir
menunjukkan 0-7 untuk Arsenal. Gol dicetak oleh Walcott, Akpom, Giroud (2 gol),
Podolski, Ollson dan Eitsfield.
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk
menyaksikan Arsenal secara langsung. Ini seperti “naik haji” bagi saya dan saya
boleh berbangga untuk resmi melepas embel-embel “fans karbitan” hari ini. Sebab,
selama ini saya hanya bisa membeli jersey KW Thailand alih-alih jersey original
yang official. Nah, sekarang dari tiket yang saya beli itu artinya saya sudah memberi
pemasukan langsung untuk Arsenal, yang dalam candaan saya bisa untuk tambahan
pembelian Wayne Rooney atau Luis Suarez.
Setidaknya,
saya tidak seperti fans klub sebelah. Yang selalu mengaku sebagai fans die hard
tapi ketika tim mereka batal hadir, langsung mengamuk meminta uang tiketnya
dikembalikan. Ya, kalau memang mengaku fans sejati mbo’ ya diikhlaskan saja uangnya. Is that what you called DIE HARD
FANS, ha? Hehehe…
Beruntung
saya bisa melihat langsung bagaimana besarnya tubuh Giroud yang membuatnya,
tidak jauh seperti yang saya lihat di TV, terlihat agak lambat dan berat namun
memiliki power, keeping ball juga positioning yang keren. Walcott dengan
kecepatan larinya yang super, meskipun di pertandingan ini tidak terlalu ia
perihatkan. Chamberlain yang di sini ditunjuk sebagai playmaker menggantikan
posisi Cazorla. Kemampuan dribblingnya memang mengagumkan.
Menuju
ke tengah, saya melihat begitu pesatnya perkembangan Aaron Ramsey sebagai
penyeimbang tim dengan stamina yang di atas rata-rata. Lalu semakin sentralnya
peran Mikel Arteta sebagai seorang pemimpin yang sanggup memberikan ketenangan
kepada para pemain di tengah lapangan. Juga Tomas Rosicky yang di umurnya yang
sudah tidak muda lagi tetap bisa memberikan kontribusi maksimal berupa
dribbling dan visi bermain yang apik.
Mundur
ke belakang. Per Mertesacker memang benar-benar seakan lamban dan melayang.
Tubuhnya begitu tinggi namun dengan pengalamannya dapat membaca permainan dengan
cukup baik di belakang. Laurent Koscielny merupakan sosok petarung sejati yang
rela berjibaku demi mempertahankan gawangnya dari kebobolan. Lalu ada Kierran
Gibbs yang semakin membuat saya yakin bahwa dia bisa menjadi the next Ashley
Cole di Arsenal. Juga Bacary Sagna, yang menurut feeling saya potensial menjadi
bek tengah di samping menjadi right full back. Mengingatkan saya pada sosok
Lilian Thuram, bek dan legenda Prancis dan Juventus. Dan terkahir, Carl
Jenkinson yang besar di keluarga Gooners bisa berkembang menjadi pilihan utama
bek kanan Arsenal menyaingi Sagna. Karena bagi saya ada satu faktor yang
membuat Jenkinson lebih baik dari Sagna: Kemampuan offense dan teknik yang
lebih baik.
Dari
sisi kiper, Cezny memang tidak bermain di pertandingan ini. Namun, kehadiran
Lukas Fabianski membuat saya berpikir bahwa Arsenal tidak terlalu membutuhkan
kiper baru semisal Julio Cesar. Karena duo kiper Polandia ini sudah cukup bagus
di mistar gawang Arsenal.
Sedangkan
untuk Arsene Wenger, saya sama seperti kebanyakan Gooners lainnya yang mendesak
ia untuk membeli pemain baru. Kedalam skuad di Arsenal diperlukan bila ingin
bisa konsisten di berbagai kompetisi yang diikuti The Gunners. Pemain yang saya
harapkan Wenger bawa adalah: Luis Suarez, Ashley Williams dan Maouranne
Fellaini. Setidaknya, Wenger harus memboyong tiga pemain bagus di tiga posisi
itu: Striker, gelandang jangkar, dan bek tengah untuk memperkuat tim.
GURUH
GIPSY
Well,
tetap saja, kemenangan 7-0 ini menimbulkan banyak cercaan atau kecurigaan
terhadap kami para gooners. Via twitter, status BBM dan banyak lagi, public dan
juga ada beberapa teman saya yang mengira gooners kehilangan semangat
nasionalismenya. Kurang lebih pernyataan mereka seperti ini:
-
Wah,
pada seneng ya Indonesia dibantai Arsenal!
-
Bukannya
dukung Indonesia malah dukung tim luar!
-
Sedih
ngeliat para penonton seneng pas Arsenal golin gawang Kurnia Meiga
-
Dan
banyak sindiran lain yang mengarah ke kami para Gooners
Ironisnya,
salah satu kerabat yang sama, yang nyinyir perihal kesadisan Arsenal
mengalahkan timnas Indonesia dan mengagungkan (katanya) semangat Nasionalisme,
sepekan kemudian malah datang dan mendukung Liverpool (tentu mengenakan jersey
Liverpool juga) mengalahkan Indonesia di Gelora Bung Karno. So funny, isn’t it?
Anyway,
di sini saya coba meluruskan keadaan. Saya berbicara ini dari sudut pandang
saya pribadi, ya. Kami, gooners, bukannya tidak nasionalisme kok. Melainkan
hanya menghormati tamu yang kebetulan adalah klub favorit kami. Bukankah bangsa
ini sendiri yang menanamkan pada kita nilai-nilai menghargai dan menghormati
orang lain dalam hal ini tamu?
Lagipula,
hal ini sudah menjadi mimpi kami sejak lama untuk melihat secara langsung
permainan Arsenal. Terlebih seperti saya yang belum memiliki kecukupan
finansial untuk menonton langsung Arsenal di Inggris tentu kesempatan ini tidak
bisa disia-siakan begitu saja.
Jujur,
agak aneh bagi saya untuk mendengar seruan NASIONALISME dari mereka yang masih
memenuhi playlist Coldplay, Maroon 5, atau Rihanna di mp3 player atau handphone
mereka ketimbang mendengarkan lagu Afgan, Noah, Gigi atau Rossa. Gengsi atau
kurang keren kalau mendengarkan dan mendendangkan lagu-lagu Indonesia, katanya.
Coba
saya tanya, lagu apa yang terakhir kalian dengar dan dendangkan dari smartphone
atau laptop kalian?
Pula
saya yakin bahwa berita kepastian band legend rock Metallica akan manggung di
Jakarta tanggal 25 Agustus 2013, lebih menarik perhatian kalian ketimbang fakta
bahwa ada grup band legendaris Indonesia besutan Guruh Soekarno Putra dan gank
pegangsaan (Chrisye dan Keenan Nasution) bernama Guruh Gipsy, yang piringan
hitam atau vinylnya masih dicari pecinta music luar negeri hingga saat ini.
Jangankan
tertarik, saya juga yakin tidak banyak
dari kalian yang tahu bahkan pernah mendengar band bernama Guruh Gipsy ini.
Atau
jika kita kembali berbicara sepakbola, pasti kalian lebih tahu nama anak Lionel
Messi yakni Thiago ketimbang anaknya Bambang Pamungkas. Sama seperti halnya,
ketidaktahuan kalian akan nama istri dari Firman Utina sedangkan kita fasih
sekali menyebutkan nama kekasih Cristiano Ronaldo, Irina Shayk.
Ayolah,
berat bagi kita yang “sok peduli” ini untuk menyebutkan kata NASIONALISME.
Sebab Nasionalisme ini sakral dan tidak sembarangan orang bisa memaknai ini
dengan sejati. Dan kita belum cukup modal untuk itu.
Percayalah,
kami para Gooners, juga sedih kok saat Boaz gagal menyelesaikan peluang emas di
depan gawang Arsenal. Bahkan saya pribadi juga kesal dengan permainan si
naturalisasi yang bermain untuk Persib itu, yang menurut saya hanya bisa
berlari-lari kecil dan melompat tidak jelas selama pertandingan. Melihat
penampilannya yang miris, muncul kerinduan saya akan sosok Widodo C Putro,
Rocky Putiray, Budi Sudarsono atau Ilham Jayakusuma di lini depan Garuda.
Dalam
hati, saya berharap setidaknya Indonesia mampu mencetak gol dan juga Arsenal
seharusnya tidak perlu mencetak gol sebanyak itu. Namun, saya paham mereka
adalah pesepakbola professional yang hanya ingin menghibur para fansnya yang
sudah membayar mahal untuk itu.
Lagipula,
para punggawa Arsenal sudah lama tidak bermain bola imbas dari libur kompetisi.
Jadi, setelah lama tidak bermain tentu ada kecenderungan menjadi “gila” saat
bertemu kembali dengan bola. Dalam hal
lain pun kalian pasti juga akan merasakan hal ini ketika memiliki passion yang
kuat terhadap sesuatu. Benar tidak?
Seperti
yang pernah dikatakan oleh legenda hidup sepakbola asal Argentina, Diego
Maradona.
“To
see the ball, to run after it, makes me the happiest man in the world”
Sahabat,
meskipun jersey yang kami kenakan adalah Arsenal dan berlogokan meriam,
percayalah kalian semua bisa pastikan lalu belah dada kami. Di sana akan
terlihat bahwa jantung kami masih berbentuk gagahnya GARUDA, aliran darah kami
masih pekat berwarna MERAH dan tulang kami pun akan tetap selalu berwarna
PUTIH.
It’s
all just about respecting people and fulfilling our passion on being a GOONERS.
That’s it. Case closed.