/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Senin, 26 Agustus 2013

ARSENAL, GURUH GIPSY DAN NASIONALISME


ARSENAL, GURUH GIPSY DAN NASIONALISME


Sudah cukup lama saya tidak singgah di blog tercinta ini. Entah kenapa belakangan ini agak susah mengumpulkan niat dan mood untuk MEMULAI menulis. Saya mencoba mengambil kesimpulan: Mungkin disebabkan karena rutinitas harian yang menjemukan. Kerja dan Kuliah.

Tulisan yang akan saya tulis ini padahal sudah terjadi sekitar sebulan yang lalu, lho! Dan saya baru “berkesempatan” menulisnya sekarang. Ceritanya seperti ini..

Saya sebagai seorang Gooner alias fans Arsenal cukup beruntung bisa kedatangan tim asuhan Arsene Wenger itu ke Jakarta, Indonesia. Seorang saudara mengatakan kepada saya, “Wah, kamu beruntung banget ya, Ren. Belum tentu kalau suatu saat kamu ke Inggris bisa melihat langsung Arsenal. Ehh, malah sekarang mereka yang datang ke Jakarta dan samperin kamu.” Ya, saya mengamini itu.

Sekitar 3 bulan sebelum kick off  di Gelora Bung Karno, saya sudah membeli tiket pre-sale nya melalui komunitas fans Arsenal regional Jakarta. Sekedar jaga-jaga takut kehabisan dan harganya yang lebih miring.

Dan ternyata menjelang hari H saya mendapatkan durian runtuh. Di tempat saya bekerja sekarang ada salah satu klien, yang kebetulan fanpagenya saya pegang yakni beIN SPORT, melayangkan kepada kami untuk liputan di meet and greet bersama pemain Arsenal. Alhamdulillah, rejeki bulan Ramadhan sebut saya dalam hati. Namun, jujur saya tidak mau terlalu berharap banyak sebab dari beIN SPORT sendiri hanya menjatahkan 2 orang saja untuk meliput yang artinya bisa saja bukan saya yang diutus.

Namun, pada keesokan hari kepastiannya sudah jelas: Randy Angga Islamy berangkat ke hotel Keraton Indonesia, tempat di mana para pemain Arsenal menginap!

Kantor kami memang menawarkan aplikasi fanpage berupa Lucky Draw untuk meet and greet dengan pemain Arsenal. Gosipnya, yang akan kami temui adalah Olivier Giroud dan Theo Walcott. Namun, saya tidak terlalu peduli siapa pemainnya. Yang terpenting adalah saya bisa bertatap wajah langsung dengan para punggawa Arsenal. It’s great, it’s a dream come true for me. Terima kasih, Ya Allah!


HOTEL KERATON



Pagi itu saya sudah bersama mas Mike dan dua orang pemenang Lucky Draw di lobi Plaza Indonesia, untuk kemudian menuju ke hotel Keraton. Di sana sudah menunggu beberapa fans Arsenal, tidak begitu banyak ,sehingga pengamanannya meskipun cukup ketat namun berjalan dengan hangat dan bersahabat.

Wajah-wajah sumringah para Gooner dan Goonerettes menjadi pemandangan yang menyenangkan sehingga saya memotret mereka dengan kamera yang sengaja sudah saya persiapkan. Di sana saya juga berkenalan dengan seorang dari agency yang kebetulan sama seperti saya, merupakan seorang Gooner. Ya, kami adalah orang-orang beruntung dan terpilih! Hehehe..

Kami menunggu di lapangan bulu tangkis Hotel Keraton yang sudah dipersiapkan juga tenis meja. Tidak berapa lama kemudian seorang official Arsenal berseru, “Please Welcome, Wojceich Szcsezsny!” Lalu datanglah seorang kiper muda yang handal, bertubuh tinggi besar. Tak pelak, diri yang terkesima ini langsung menjepret kamera dengan jumlah yang banyak. Cezny, nama panggilan Wojceich, lalu menyalami kami satu persatu yang segera mengerubuti dan mengelilinginya. Dia begitu tinggi sehingga kepala saya harus mendongak ke atas. Tangannya pun besar, khas seorang kiper.

Selang semenit, Alex Oxlade Chamberlain datang menyusul! Wow, tubuhnya tak sekecil seperti yang terlihat di TV. Badannya kekar keras dan tingginya pun melampaui saya beberapa centimeter.

Sama seperti Cezny, Chambo, nama panggilan Chamberlain, menyapa dan menyalami kami satu persatu dengan ramah.

Kemudian mereka berdua langsung digiring oleh panitia untuk bermain tenis meja melawan fans Arsenal yang terpilih. Dan itu bukan saya tentunya. Padahal saya cukup mahir bermain olahraga ini. Serius.

Saya memang sudah tahu bahwa pemain-pemain Arsenal jago bermain tenis meja. Saya sudah pernah melihatnya di Youtube, pemain seperti Chambo dan Walcott dikenal handal main bola pingpong. Dan memang, itu terbukti di hari ini ketika Cezny dan Chambo apik bermain pingpong dengan teknik tinggi.

Susunan acara meet and greetnya terbilang kurang rapi dan cenderung random. Sehingga kami pun mencuri-curi kesempatan untuk berfoto atau meminta tanda tangan Cezny ketika Chambo sedang bermain tenis meja. Begitu juga sebaliknya ketika mereka secara bergantian bermain tenis meja. Ya, Alhamdulillah saya bisa berfoto bareng dengan keduanya!

Tak lama kemudian, acara meet and greet pun usai. Chambo dan Cezny segera ditarik untuk hadir di acara lain. Ya, mereka mesti datang ke acara music pagi yang terkenal itu, lho!



SESI LATIHAN ARSENAL DI GBK

Malamnya, setelah berbuka puasa, saya langsung pergi ke Gelora Bung Karno untuk menyaksikan para pemain Arsenal latihan. Hujan yang cukup deras pun tidak menjadi halangan bagi saya untuk menonton dan bagi para pemain Arsenal untuk terus berlatih.

Di sini, baru pertama kali saya melihat langsung bagaimana cara tim professional berlatih. Dari metode dan uji fisiknya sungguh memukau yang mana mereka, di tengah guyuran hujan, berlatih selama hampir 2 jam. Sesekali terdengar chants-chants beberapa pemain Arsenal dari para Gooners yang datang.

“Sagna.. Sagna.. Bacary Sagna! He’s a dodgy hair but we don’t care, Bacary Sagna!”

Untuk chants Sagna ini cukup lucu. Saya menangkap Lukas Podolski, saat chants dinyanyikan, ikut bernyanyi dan memain-mainkan pipi Bacary Sagna dengan gemas. Ya, Lukas Podolski memang termasuk “badut” di skuad Arsenal. Kehadirannya disukai oleh semua awak Arsenal karena sikapnya yang friendly dan bersahabat.

Berulang kali saya merekam suasana latihan dengan handphone. Momen ini sungguh harus diabadikan dan saya cukup menyesal tidak membawa kamera SLR karena takut tidak diperbolehkan dibawa masuk.

Diri ini pun “menyombongkan diri” saat beberapa fans meneriakkan nama Cezny yang berlatih sendiri (karena kiper memang berlatih terpisah). Dalam hati, “Hehehe kalian pasti capek kan teriakin nama Cezny. Gue enak dong bisa langsung ketemu dia dan bahkan Chamberlain juga! Hehehe..”



KICK OFF at GELORA BUNG KARNO: INDONESIA XI vs ARSENAL



Minggu 14 Juli 2013 menjadi hari yang bersejarah bagi Indonesia khususnya para Gooners dan saya. Arsenal bermain di bumi pertiwi tercinta untuk kedua kalinya setelah David O’leary dan skuad Gunners sempat bertandang ke Indonesia pada dua decade yang lalu. Hari ini akan kami, para Gooners, kenang dan akan diceritakan kepada anak cucu kami bahwa tim terhebat pernah bermain melawan timnas Indonesia.

Sengaja saya buka puasa di rumah dulu sebelum pergi ke GBK. Di sini, sudah datang ribuan orang penggemar Indonesia dan Arsenal tentunya dengan semangat yang meluap.

Namun, hal ini agak ternoda saat ada sedikit kericuhan di pintu masuk. Rupanya, satu pintu masuk lainnya tidak dibuka sehingga massa yang harusnya terbagi dua mesti menjadi satu. Alhasil, saya kami harus berhimpitan masuk ke dalam stadion. Emosi meluap, cemoohan dan umpatan kotor pun pecah mengarah panitia. Dalam kondisi ini, saya hanya kasihan kepada Goonerettes yang harus bersesakan terkepung oleh badan-badan besar penonton laki-laki.

Di tribun, saya Alhamdulillah dapat spot duduk yang lumayan oke. Chants-chants Arsenal pun terdengar megah sebelum pertandingan. Saya pun ikut berteriak menyanyikan chants yang hanya beberapa saja dihapal.

Pukul 20.45 WIB peluit kick off pun ditiup. Agak sedikit kecewa karena tidak ada nama Jack Wilshere di list pemain Arsenal. Belakangan diinformasikan bahwa ia terkena flu. Namun, bisa jadi memang ia sengaja disimpan karena Arsenal masih harus melawat ke Vietnam dan Jepang dalam laga tur pra musim Asia ini. Begitu juga Ryo Miyaichi yang terkena cedera ringan saat latihan kemarin, sehingga tidak dapat bermain hari ini.

Pemain-pemain muda Arsenal pun dimainkan di sini. Ada nama Chuba Akpom, Thomas Eitsfeld, Kris Ollson, Gideon Zelalem, Serge Gnabri dan Ignasi Miquel. Dari nama-nama ini, saya mendukung Serge Gnabri dan Gideon Zelalem untuk masuk ke skuad utama musim ini. Gnabry memiliki tipikal bermain seperti Chamberlain yang memiliki footwork baik dan kecepatan dribble memukau. Sedangkan Zelalem, meskipun bertubuh kurus namun visinya begitu luar biasa sebagai seorang gelandang tengah. Dia pun kemudian disebut-sebut memiliki kemiripan bermain seperti eks gelandang Gunners, Cesc Fabregas. Dan memang, selama pra musim di Asia ini Zelalem menjadi “bocah” Arsenal yang paling bersinar.

Pertandingan berjalan seru dan cenderung berat sebelah, hingga akhirnya skor akhir menunjukkan 0-7 untuk Arsenal. Gol dicetak oleh Walcott, Akpom, Giroud (2 gol), Podolski, Ollson dan Eitsfield.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menyaksikan Arsenal secara langsung. Ini seperti “naik haji” bagi saya dan saya boleh berbangga untuk resmi melepas embel-embel “fans karbitan” hari ini. Sebab, selama ini saya hanya bisa membeli jersey KW Thailand alih-alih jersey original yang official. Nah, sekarang dari tiket yang saya beli itu artinya saya sudah memberi pemasukan langsung untuk Arsenal, yang dalam candaan saya bisa untuk tambahan pembelian Wayne Rooney atau Luis Suarez.

Setidaknya, saya tidak seperti fans klub sebelah. Yang selalu mengaku sebagai fans die hard tapi ketika tim mereka batal hadir, langsung mengamuk meminta uang tiketnya dikembalikan. Ya, kalau memang mengaku fans sejati mbo’ ya diikhlaskan saja uangnya. Is that what you called DIE HARD FANS, ha? Hehehe…

Beruntung saya bisa melihat langsung bagaimana besarnya tubuh Giroud yang membuatnya, tidak jauh seperti yang saya lihat di TV, terlihat agak lambat dan berat namun memiliki power, keeping ball juga positioning yang keren. Walcott dengan kecepatan larinya yang super, meskipun di pertandingan ini tidak terlalu ia perihatkan. Chamberlain yang di sini ditunjuk sebagai playmaker menggantikan posisi Cazorla. Kemampuan dribblingnya memang mengagumkan.

Menuju ke tengah, saya melihat begitu pesatnya perkembangan Aaron Ramsey sebagai penyeimbang tim dengan stamina yang di atas rata-rata. Lalu semakin sentralnya peran Mikel Arteta sebagai seorang pemimpin yang sanggup memberikan ketenangan kepada para pemain di tengah lapangan. Juga Tomas Rosicky yang di umurnya yang sudah tidak muda lagi tetap bisa memberikan kontribusi maksimal berupa dribbling dan visi bermain yang apik.

Mundur ke belakang. Per Mertesacker memang benar-benar seakan lamban dan melayang. Tubuhnya begitu tinggi namun dengan pengalamannya dapat membaca permainan dengan cukup baik di belakang. Laurent Koscielny merupakan sosok petarung sejati yang rela berjibaku demi mempertahankan gawangnya dari kebobolan. Lalu ada Kierran Gibbs yang semakin membuat saya yakin bahwa dia bisa menjadi the next Ashley Cole di Arsenal. Juga Bacary Sagna, yang menurut feeling saya potensial menjadi bek tengah di samping menjadi right full back. Mengingatkan saya pada sosok Lilian Thuram, bek dan legenda Prancis dan Juventus. Dan terkahir, Carl Jenkinson yang besar di keluarga Gooners bisa berkembang menjadi pilihan utama bek kanan Arsenal menyaingi Sagna. Karena bagi saya ada satu faktor yang membuat Jenkinson lebih baik dari Sagna: Kemampuan offense dan teknik yang lebih baik.

Dari sisi kiper, Cezny memang tidak bermain di pertandingan ini. Namun, kehadiran Lukas Fabianski membuat saya berpikir bahwa Arsenal tidak terlalu membutuhkan kiper baru semisal Julio Cesar. Karena duo kiper Polandia ini sudah cukup bagus di mistar gawang Arsenal.

Sedangkan untuk Arsene Wenger, saya sama seperti kebanyakan Gooners lainnya yang mendesak ia untuk membeli pemain baru. Kedalam skuad di Arsenal diperlukan bila ingin bisa konsisten di berbagai kompetisi yang diikuti The Gunners. Pemain yang saya harapkan Wenger bawa adalah: Luis Suarez, Ashley Williams dan Maouranne Fellaini. Setidaknya, Wenger harus memboyong tiga pemain bagus di tiga posisi itu: Striker, gelandang jangkar, dan bek tengah untuk memperkuat tim.



GURUH GIPSY

Well, tetap saja, kemenangan 7-0 ini menimbulkan banyak cercaan atau kecurigaan terhadap kami para gooners. Via twitter, status BBM dan banyak lagi, public dan juga ada beberapa teman saya yang mengira gooners kehilangan semangat nasionalismenya. Kurang lebih pernyataan mereka seperti ini:
-          Wah, pada seneng ya Indonesia dibantai Arsenal!
-          Bukannya dukung Indonesia malah dukung tim luar!
-          Sedih ngeliat para penonton seneng pas Arsenal golin gawang Kurnia Meiga
-          Dan banyak sindiran lain yang mengarah ke kami para Gooners

Ironisnya, salah satu kerabat yang sama, yang nyinyir perihal kesadisan Arsenal mengalahkan timnas Indonesia dan mengagungkan (katanya) semangat Nasionalisme, sepekan kemudian malah datang dan mendukung Liverpool (tentu mengenakan jersey Liverpool juga) mengalahkan Indonesia di Gelora Bung Karno. So funny, isn’t it?

Anyway, di sini saya coba meluruskan keadaan. Saya berbicara ini dari sudut pandang saya pribadi, ya. Kami, gooners, bukannya tidak nasionalisme kok. Melainkan hanya menghormati tamu yang kebetulan adalah klub favorit kami. Bukankah bangsa ini sendiri yang menanamkan pada kita nilai-nilai menghargai dan menghormati orang lain dalam hal ini tamu?

Lagipula, hal ini sudah menjadi mimpi kami sejak lama untuk melihat secara langsung permainan Arsenal. Terlebih seperti saya yang belum memiliki kecukupan finansial untuk menonton langsung Arsenal di Inggris tentu kesempatan ini tidak bisa disia-siakan begitu saja.


Jujur, agak aneh bagi saya untuk mendengar seruan NASIONALISME dari mereka yang masih memenuhi playlist Coldplay, Maroon 5, atau Rihanna di mp3 player atau handphone mereka ketimbang mendengarkan lagu Afgan, Noah, Gigi atau Rossa. Gengsi atau kurang keren kalau mendengarkan dan mendendangkan lagu-lagu Indonesia, katanya.

Coba saya tanya, lagu apa yang terakhir kalian dengar dan dendangkan dari smartphone atau laptop kalian?

Pula saya yakin bahwa berita kepastian band legend rock Metallica akan manggung di Jakarta tanggal 25 Agustus 2013, lebih menarik perhatian kalian ketimbang fakta bahwa ada grup band legendaris Indonesia besutan Guruh Soekarno Putra dan gank pegangsaan (Chrisye dan Keenan Nasution) bernama Guruh Gipsy, yang piringan hitam atau vinylnya masih dicari pecinta music luar negeri hingga saat ini.

Jangankan tertarik, saya juga yakin  tidak banyak dari kalian yang tahu bahkan pernah mendengar band bernama Guruh Gipsy ini.

Atau jika kita kembali berbicara sepakbola, pasti kalian lebih tahu nama anak Lionel Messi yakni Thiago ketimbang anaknya Bambang Pamungkas. Sama seperti halnya, ketidaktahuan kalian akan nama istri dari Firman Utina sedangkan kita fasih sekali menyebutkan nama kekasih Cristiano Ronaldo, Irina Shayk.

Ayolah, berat bagi kita yang “sok peduli” ini untuk menyebutkan kata NASIONALISME. Sebab Nasionalisme ini sakral dan tidak sembarangan orang bisa memaknai ini dengan sejati. Dan kita belum cukup modal untuk itu.

Percayalah, kami para Gooners, juga sedih kok saat Boaz gagal menyelesaikan peluang emas di depan gawang Arsenal. Bahkan saya pribadi juga kesal dengan permainan si naturalisasi yang bermain untuk Persib itu, yang menurut saya hanya bisa berlari-lari kecil dan melompat tidak jelas selama pertandingan. Melihat penampilannya yang miris, muncul kerinduan saya akan sosok Widodo C Putro, Rocky Putiray, Budi Sudarsono atau Ilham Jayakusuma di lini depan Garuda.

Dalam hati, saya berharap setidaknya Indonesia mampu mencetak gol dan juga Arsenal seharusnya tidak perlu mencetak gol sebanyak itu. Namun, saya paham mereka adalah pesepakbola professional yang hanya ingin menghibur para fansnya yang sudah membayar mahal untuk itu.

Lagipula, para punggawa Arsenal sudah lama tidak bermain bola imbas dari libur kompetisi. Jadi, setelah lama tidak bermain tentu ada kecenderungan menjadi “gila” saat bertemu kembali dengan bola.  Dalam hal lain pun kalian pasti juga akan merasakan hal ini ketika memiliki passion yang kuat terhadap sesuatu. Benar tidak?

Seperti yang pernah dikatakan oleh legenda hidup sepakbola asal Argentina, Diego Maradona.

“To see the ball, to run after it, makes me the happiest man in the world”

Sahabat, meskipun jersey yang kami kenakan adalah Arsenal dan berlogokan meriam, percayalah kalian semua bisa pastikan lalu belah dada kami. Di sana akan terlihat bahwa jantung kami masih berbentuk gagahnya GARUDA, aliran darah kami masih pekat berwarna MERAH dan tulang kami pun akan tetap selalu berwarna PUTIH.

It’s all just about respecting people and fulfilling our passion on being a GOONERS. That’s it. Case closed.