/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Sabtu, 27 Maret 2010

BIKE TO NOWHERE

Baru saja saya pulang dari Candi Tegowangi yang letaknya tak begitu jauh dari Pare,Kediri. Saya bersama teman lainnya pergi ke sana untuk mengisi kekosongan waktu di Sabtu pagi ini. Perjalanan ke sana kami tempuh dengan bersepeda. Kunjungan yang cukup menyenangkan karena sepanjang perjalanan saya menemui pemandangan yang berbeda dari apa yang biasa saya temui. Hamparan sawah luas dengan para petani yang sibuk "bertugas" menjadi hiburan tersendiri bagi saya, ditambah sejuk udara pagi dan sinaran hangat mentari membuat otak ini terlepas dari kepenatan. Ini benar - benar surga kecil bagi saya...

Rentetan waktu begitu saja berlalu. Terkadang berjalan lambat laiknya bekicot, namun tak jarang pula dia seolah menjelma menjadi si cepat Shinkansen. Jelas sekali saya rasakan itu sampai - sampai tak terasa sekarang sudah hampir 1 bulan lebih saya tinggal di Pare, Kediri. Semakin tinggi rindu ini terhadap keluarga dan Jakarta, malah membuat saya semakin betah di sini dan enggan meninggalkan Pare. Lumrah ketika seseorang berada dalam suasana baru dia akan membutuhkan masa adaptasi yang cukup, begitu pula saya.

Saya teringat saat pertama kali tiba di sini, cuaca seolah enggan bersahabat dengan saya. Matahari yang sangat terik membakar kulit sungguh membuat saya tidak betah. Saya lama tinggal di Jakarta--yang cukup dikenal dengan cuaca panasnya-- namun rasanya tidak pernah saya merasakan matahari sepanas ini sebelummnya, di sana. Namun sejalan dengan waktu sayapun terbiasa dengan "siksaan" ini. Bahkan saya mulai menikmati panasnya Pare, dan tidak ada lagi yang namanya keluhan terhadap ini. Mungkinkah saya sudah kebal atau mungkin sudah mati rasa?? ahh sama sekali saya tidak peduli...I just relish it !!!

Oiya, selama di sini alat transportasi saya adalah sepeda, yang disewakan selama perbulan. Lagi - lagi saya harus bertegur sapa dengan yang namanya ADAPTASI, pada awalnya. Cukup lama saya tidak menggunakan sepeda, dan baru di sini saya menggunakannya lagi. Betis dan paha berlomba - lomba mengeluh pegal-sakit dan merengek manja pada saya, mulanya. Tapi sebatas itu saja, karena ungkapan "time is always healing" itu benar adanya. Dengan cepat saya mulai terbiasa dan mencintai ini.

Ke tempat kursus, ke alun - alun Pare (yang jaraknya beratus-ratus meter dari rumah kos an saya), ke warung makan, ke warung kopi (untuk menumpang nonton bola larut malam), ke mesjid agung, ke apotek bahkan yang terakhir sampai ke Candi Tegowangi pun saya tempuh bersama sepeda saya itu. Sepeda putih itu selalu menemani saya ke mana saja, selama saya di sini.

Hampir setiap waktu saya habiskan bersama sepeda itu. Dia yang menopang saya ketika suatu saat pernah saya terkena demam tinggi. Ketika perasaan ini sedang buruk tidak menentu, gundah, jenuh, rindu atau ketika otak ini mendadak kosong dia akan selalu siap sedia menemani saya dan membawa saya pergi tidak jelas ke mana saja.

Bahkan juga dia menjadi partner "hebat" saya ketika saya hampir menabrak seseorang, karena remnya yang rusak memaksa saya menggunakan rem "manual" pada kaki saya. Pernah terbesit keinginan untuk menggantinya dengan sepeda yang lebih baik, namun niat itu tak pernah terlaksana. Saya sudah terlanjur klop dan cocok dengan sepeda ini dengan segala kecacatannya,,hehehe...


Bisa dikatakan tidak lama lagi saya akan di sini, karena memang sudah waktunya saya akan segera kembali ke Jakarta. Sisa waktu ini akan saya habiskan dengan lahap hingga kenyang...

"Even when i got no destination, it'll always stand by me..."

And about my bike, as the white color so i call it Whity Katy...

( Sabtu, 27 Maret 2010... Pare, Kediri )

Minggu, 21 Maret 2010

Rindu lawakan Ibuku...

Seringkali saya mendengar cerita dari beberapa teman yang hidup terpisah jauh dari keluarga ataupun orangtua...

Kerinduan atau bahasa kerennya " HOMESICK " kerap kali melanda. Ketakutan dan kecemasanpun muncul ketika sakit menghampiri. Di saat kondisi buruk seperti itu semua yang dibutuhkan hanyalah keberadaan keluarga, dikerucutkan lagi menjadi orang tua.

Kali ini saya yang mendapatkan gilirannya. Saya tidak lagi hanya mendengar dan mencoba simpatik membayangkan berada dalam situasi seperti itu, melainkan saya merasakan langsung apa yang teman - teman saya pernah rasakan.

Selama saya di Pare, cuaca seringkali berganti dengan ekstrim. Ketika terik siang, cuacanya luar biasa panas, sedangkan sore atau malamnya akan berubah menjadi hujan deras. Alhasil saya jadi korbannya sekarang.

Demam, flu menyerang saya tiba - tiba. Ketika biasanya jika di rumah sudah ada mereka yang akan mengurus saya atau juga membelikan obat ini-itu, sekarang, saya harus mengandalkan diri sendiri untuk menghadapinya... Terima kasih ya Allah, saya telah diberikan pengalaman berharga seperti ini. Namun, tolong jangan biarkan saya terkena DBD ( saat ini Kediri termasuk daerah rawan DBD ), karena saya masih ingin belajar dan berguru di sini sampai akhir.

Dengan kepala lumayan pening sempoyongan dan badan yang terasa tidak konsisten (baca: panas-dingin), saya mengayuh sepeda beratus-ratus meter menuju apotek "terdekat". Alhamdulillah, obat yang direkomendasikan oleh teman tersedia di sana.

Setelah itu saya kembali menuju kosan, tempat saya tinggal. Badan ini sudah terlalu gontai untuk dihajar lagi oleh kegiatan apapun. Jadi, sayapun memutuskan untuk tidur sebentar setelah sebelumnya saya menenggak obat.

Menjelang maghrib saya terbangun oleh deringan handphone. HADDDAAHHH!!! itu Ibu saya...Dari awal saya memang bermaksud untuk tidak memberitahukan sakit ini kepada keluarga saya terutama Ibu. Namun, seolah ada satu malaikat yang bersahabat baik dengan Ibu saya dan mereka "bersekongkol" untuk mengawasi keadaan saya di sini.

Sayapun akan berpura - pura mengaku bahwa saya dalam kondisi sehat walafiat selalu, saya berbohong murni hanya karena tidak ingin membuat mereka cemas.

" Ndy, lagi ngapain? " , suara Ibu di telinga saya.
" Baru bangun tidur, bu ", jawab saya, seraya berusaha untuk "menormalkan" suara yang terlanjur bindeng ini. Namun...

" Kamu lagi sakit ya? kok suaranya beda? " , tanya Ibu lagi.
" Nggak apa - apa kok, emang kayak gini kan suaranya dari dulu, bu ", saya berusaha berkelit.
" Yang bener?"
" beneran kok bu, nggak apa - apa "
" Ibu tuh nggak bisa kamu bohongin, ndy ", kata Ibu akhirnya.

Aduh, berarti memang benar ada malaikat yang mengadukan ini pada Ibu. Saya tidak mampu lagi berkelit lebih jauh.

" Iya bu, agak sedikit flu aja kok " , kata saya.
" Tuh kan bener, mau coba boongin ibu"

Lalu terdengar suara Ibu yang menyuruh Papa untuk memberikan "wejangan" pada saya.

" Eh Ndy, kalau sakit pergilah kamu ke dokter", suara bariton Papa terdengar, " Kamu tuh harus fit kalau mau belajar dengan baik ".

" Iya pa, gampang. Untuk sementara Ndy minum obat aja dulu" , kata saya.
" Jangan dianggap remeh penyakit itu, Ndy. Yaudah pokokny langsung ke dokter kalau dianggap sudah perlu ", kata Papa mengakhiri pembicaraan sebelum kembali memberikan teleponnya pada Ibu.

Suara Ibu pun terdengar kembali.
" Ndy pokoknya jangan lupa minum obat "
" He-eh...", jawab saya.
" Inget, minum yang banyak-jangan dikurang-kurangin. Makan yang banyak jangan irit, dan jangan sampai telat, pkoknya."

Kalimat terakhir Ibu terasa sedikit menekan dada saya. Jauh sebelumnya beliau sering mengatakan kalimat serupa, namun saya seringkali hanya menanggapinya seolah hanya angin lalu. Tapi sekarang berbeda, ketika kalimat indah dari Ibu itu muncul saat saya terpisah jauh darinya, dalam waktu yang cukup lama, dengan kondisi kesehatan yang buruk pula.

Saya rindu Ibu, saya rindu lawakan Ibu ( Beliau adalah seorang Ibu yang jahil, usil dan suka melawak).

Sisi melankolis saya hampir saja tumpah saat itu. Untung saja, pada saat bersamaan gema Adzan Maghrib meraung-raung ramai bersahutan. Jadilah kemelankolisan saya tertelan kembali.

" Bu, udah maghrib...Udahan dulu ya", kata saya.
" Iyaudah, pokoknya jangan lupa apa kata Ibu"
" InsyaAllah... Assalamualaikum, bu"
" Waalaikumsalam " jawab Ibu mengakhiri.


Maafkan saya Ibu, yang selama ini seringkali melupakanmu hanya demi mengejar sesuatu yang abu - abu keberadaannya...

( Selasa 16/03/2010. Pare, Kediri, 21.00 waktu setempat )

Minggu, 14 Maret 2010

Thanks to PLN

Menjelang pertandingan 2nd leg UCL antara Arsenal vs Porto ( Rabu, 10 Maret 2010 ), saya dikejutkan oleh pemadaman listrik secara tiba - tiba, di Pare. desa kecil yang pada malam biasanya cukup diterangi banyak lampu kecil dari rumah - rumah, mushola, ataupun warung - warung, kini mendadak gelap gulita. Saya tidak tahy apa alasan PLN memadamkan listrik saat itu. Jadilah mereka yang "terlupakan" (baca: lilin0 kembali menjadi andalan untuk membantu penerangan di segala sudut.

Padahal di siang harinya saya sudah berencana untuk menumpang menonton bola di rumah kosan teman. Saya harus menonton pertandingan hidup-mati ini, karena Arsenal masih berada di posisi yang berbahaya, sedangkan Porto berpeluang cukup besar lolos ke babak berikutnya dengan simpanan agregat 2-1 di pertemuan pertama. Namun, pemadaman listrik ini tak pelak berpotensi membuyarkan rencana awal saya.

Akhirnya saya memilih tidur saja, dengan harapan ketika nanti saya bangun keesokan harinya, saya akan mendapat kabar bahwa Arsenal mampu mengalahkan Porto, dan berhak melaju ke babak selanjutnya. Namun, ya memang dasar sudah jodoh atau boleh dikatakan sudah "sehidup semati" dengan Arsenal, mata saya terbuka dan terbangun dari tidur saya pada pukul 02.00 dini hari waktu setempat -- kurang lebih 30 menit lagi peluit kick off babak 1 akan segera ditiup, dan tahukah kamu? Saat itu saya menemukan listrik kembali menyala, yang artinya saya bisa menyaksikan ARSENAL vs Porto, yang artinya saya tanpa ragu akan langsung bergerak menuju kosan teman, yang artinya...

Mengayuh sepeda dengan kecepatan yang terkendali --karena rem sepeda sewaan saya tidak berfungsi dengan baik, saya melesat menerjang dinginnya malam dan membelah kesunyian desa, hanya untuk ARSENAL. Dalam benak ini berkata, sekiranya ARSENAL yang memenangi pertandingan ini, itu artinya pengorbanan ini tidak akan sia - sia. Sedangkan kalaupun nantinya kalah, setidaknya saya dapat menyaksikan laga terakhir Gunners tercinta, di UCL musim ini, dan dapat bersama larut dalam kesedihan dengan para Gooners di seluruh belahan dunia.

Kick Off babak 1 pun dimulai, dan benar pemberitaan media bahwa Kapten Fabregas tidak dimainkan karena cedera. Komando lapangan tengah pun diambil alih oleh Samir Nasri, dan didukung oleh Diaby dan Song.

WOW !!! saya hampir berteriak keras di tempat orang, ketika Bendtner menceploskan bola ke gawang porto, setelah sebelumnya racikan manis ala duet Nasri-Arshavin meracuni bek-bek Porto. 1-0 untuk Arsenal...

Setelah itu, Porto seperti lebih ingin bermain aman dengan banyak menumpuk pemain di daerah pertahanan sendiri. Sayangnya, Porto seakan lupa bahwa Arsenal cukup menggemari bentuk perlawanan seperti itu. Penguasaan bola digenggam oleh Arsenal secara absolut. Ketika mereka terus menekan Porto, Arshavin dengan kecanggihannya mem'bullying" 3 bek Porto, kemudian memberi assist kepada Bendtner yang dengan mudahnya mendorong bola masuk ke dalam gawang Porto. 2-0 untuk Arsenal. Turun minum...

Kedudukan 2-0 malah semakin membuat ARSENAL meradang. serangan demi serangan bertubi-tubi mengarah daerah pertahanan Porto, sehingga munculllah fenomena ajaib itu...

Saya melihat Zinedine Zidane berkostum Arsenal nomor 8 -- bukan 10, 21 atau 5, menari-nari indah, meliuk-liuk kejam memperdaya 3 bek Porto selaligus, dari sisi kanan kotak penalti Porto. Lalu, menerobos masuk sendirian menuju gawang. Sepersekian detik saya mengira bahwa Zidane itu akan mengirim umpan datar kepada Bendtner, yang lebih berpeluang mencetak gol.

Saya salah !!... Nyatanyadia lebih memilih untuk langsung menendang bola dari sudut yang sangat sangat sangat sempit ke arah gawang. MUSTAHIL !! namun ia berhasil. 3-0... Zidane nomor 8 itu bernama asli Samir Nasri...

Kalimat " Gila, itu bukan orang, jelas itu bukan orang !! gue yakin banget dia itu bukan manusia dari bumi ini !! " spontan keluar dari mulut ini. Saya sungguh takjub melihat betapa indahnya gol itu. betapa beruntungnya ARSENAL masih memiliki pemain sejenius itu ketika sang jenius lain, Fabregas, tidak dapat dimainkan... thanks ya Nasri, skill dan gol anda itu cukup mampu mengobati kerinduan saya akan keberadaan manusia luar biasa seperti Zidane, di persepakbolaan dunia, saat ini...

Porto semakin melemah ketika gol Eboue datang menyusul sebelum Bendtner menghakimi Porto dengan gol pamungkasnya, lewat penalti di menit - menit akhir... Skor akhir ARSENAL 5-0 Porto...

Seabgai info saja, ini adalah hattrick pertama Bendtner sepanjang karirnya di Arsenal. Namun, tampaknya para pundit ataupun para Gooners lainnya harus sepakat dengan saya bahwa MOTM kali ini bukanlah striker asal Denmark tersebut. Melainkan Nasri yang lebih layak menerimanya, karena indahnya permainan dan gol rancaknya tadi cukup mengubur euforia hattrick Bendtner.

Tidak sia - sia saya menonton pertandingan ini, karena kejayaanlah yang kami, para Gooners, dapati hari ini. Dan tahukah anda, saya di sini, di Pare menemukan teman baru yang seorang Gooner pula, yang berarti dia itu saudara bagi saya. Saya menonton match ini bersama, dan dia banyak bercerita tentang kekagumannya dengan ARSENAL beserta Arsene Wengernya.

Satu hal yang menarik dari obrolan kami malam itu adalah ketika kami sepakat bahwa ARSENAL jauh berbeda dan lebih baik daripada MU yang selalu mengandalkan kejayaan masa lalu dan terlebih lagi Chelsea yang terlalu mengandalkan kekuatan uangnya...

Akhir kata, terima kasih Ya ALLAH, terima kasih ARSENAL, terima kasih Perusahaan Listrik Negara...



(Jumat 12 Maret 2010, Pare-Kediri)

Minggu, 07 Maret 2010

Pare - Bapak pemilik Warkop - Arsenal untuk Ramsey

Malam Mingu ini sama seperti malam - malam Minggu lainnya buat gue. Ya sendiri... Berbeda dengan kebaynyakan muda -mudi lainnya yang sepertinya enggan melewati malam spesial ini tanpa menemui pasangannya. Ditambah lagi, saat ini saya sedang berada jauh dari rumah saya di Jakarta. Kebetulan saat ini saya sedang "berguru" di Pare...

Dari dulu hingga sekarang hanya satu hal yang dapat membuat saya lupa akan status jomblo saya, di tiap malam Minggunya... Dialah Arsenal sebagai pelipur lara andalanku,hehehe...

Namun, sayangnya saya menemui kesulitan untuk meonton match Arsenal vs Burnley malam ini, dikarenakan tempat kos di mana saya tinggal tidak berfasilitasi TV.

Yaah, hal seperti itu tidak dapat dijadikan alasan, lagipula saya tahu dan percaya bahwa Tuhan akan selalu menunjukkan jalan keluarnya bagi orang yang sedang "merana" seperti saya. Lalu, benar saja, salah seorang teman menganjurkan saya untuk menonton di salah satu Warung Kopi. Tersedia TV di sana, dan hampir bisa dipastikan hanya Warkop itu yang buka hingga tengah malam, katanya.

Hanya demi Arsenal saya ikhlas mengayuh sepeda hampir 1 km jauhnya, menerjang angin dingin khas jam 10 malam waktu setempat -- Pare bisa dikatakan cukup panas di kala siang, namun cukup dingin ketika malam tiba.

Belum begitu banyak orang datang ke warkop tersebut, ketika saya tiba. Sayapun langsung memesan coklat susu hangat diselingi kacang sebagai partner menonton The Great Gunners. Si bapak pemilik warung sangat sangatlah ramah, dia menyilahkan saya untuk menonton sepakbola di warungnya. Bahkan, ketika berangsur berdatangan beberapa pemuda yang berniat sama dengan saya, dia malah langsung menyediakan bangku kayu pajang demi kenyamanan "nonbar" kami ini.

Kapten fabregas mencetak gol indah, setelah sebelumnya melakukan kerjasama luar biasa cantik degan Samir Nasri. Namun, tak lama setelah itu sang kapten diganti dengan Abou Diaby, mungkin dikarenakan Fabregas mengalami cedera ringan. Babak pertama pun usai.

Kick off babak ke dua... Permainan kedua tim semakin terbuka hingga banyak terjadi peluang emas. Tercatat hampir tiga kesempatan berharga didapat Bendtner namun tidak ada satupun yang berbuah gol. Angin hitampun kemudian menimpa Arsenal, ketika David Nugent berhasil melesatkan gol masuk ke gawang Almunia. Ini tak terlepas dari miskomunikasi backfour Arsenal daalam menerapkan jebakan Off side. Arsenal 1-1 Burnley.

Arsenal tak menyerah, dan setelah kebobolan, permainan Arsenal menjadi jauh lebih disiplin. Alhasil, Theo Walcott membalikkan keadaan menjadi 2-1 untuk kemenangan sementara Arsenal. Tak lama setelah itu, Bendtner akhirnya diganti dengan Eduardo setelah ia menyia - nyiakan 5 peluang emas ( ini pasti bakalan jadi topik yang hangat di Arsenal Forum,,hehehehe ).... It's not your day Nikki !!!

Posisi Arsenalpun belum aman saat itu karena Burnley mampu memberikan perlawanan sengit. Dikomandoi oleh Nugent dan Eagles, serangan mereka cukup membuat saya was - was dalam hati, karena hasil seri atau kalah hanya akan memperlebar lagi jarak antara Gunners dengan MU dan Chelsea.

Rupanya tidak sia - sia Arshavin masuk menggantikan Rosicky yang tampaknya sudah kelelahan. Ia mencetak skor pamungkas menjadi 3-1 untuk Arsenal, di menit injury time. Dan seperti biasa gaya selebrsinya yang kocak kembali ia praktekkan. Senyum tawa puasnya yang bagi sebagian orang mungkin " He's such an arogant" , but for us as gooners, it's fun, dude !!...Patut dicatat pula, match ini adalah comeback striker Rusia itu setelah beberapa minggu mengalami cedera.

Kemenangan ini untuk Ramsey !!!. Spanduk - spanduk berisi dukungan moral terhadap Rambo--yang mengalami patah kaki--di berbagai sudut Emirates Std., rupanya mampu melecuti para Gunners untuk memenangi pertandingan kali ini... GET WELL SOON RAMSEY THE RAMBO !!!

(Nb: Saya lupa menanyakan siapa nama bapak pemilik Warkop tersebut. Tapi yang jelas, memang baik sekali bapak itu. Dia mengizinkan kami kembali menonton Liga Champion di sana, meskipun siaran langsungnya dimulai sekitar pukul 02.30 dini hari...)

--Pare,Kediri. 7 Maret 2010. Pkl 01.00 waktu setempat--

Rabu, 03 Maret 2010

Menikmati Penantian

Seorang tahanan mencoret-coret dinding sel penjara untuk menghitung berapa lama lagi ia akan menghirup udara segar...

Para PRT hampir tiap saat mengecek kalender, hanya untuk memastikan bahwa Hari Raya Lebaran tidak akan lenyap dari peredaran...

Sang Ibu pun luar biasa tidak sabar menanti hari kelahiran si cabang bayi. Kecemasan yang melanda perlahan berganti dengan kebahagiaan, bila saatnya nanti si buah hati terbit dan memamerkan pekikan tangis merdunya.

Harapan... Kata itu yang akan selalu ada di dalam diri setiap kita yang mengaku sebagai manusia. Meskipun kita tidak dapat mengesampingkan kenyataan, bahwa harapan pun dapat menjelma menjadi dua sisi koin yang berbeda, akhirnya.

Namun, sebuah penantian akan selalu menemani kita menuju ke sana.

Aku percaya bahwa penantian akan selalu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Mengapa? Ya silahkan saja tanya langsung kepada Si tahanan, para PRT, atau sang ibu tadi...

(Pare 030210, Rabu. Pukul 18.30 waktu sekitar )

Jerawat Satu Arah

Aku berdiri tegak di Sabtu sore itu...

Tertangkap jelas olehku alunan merdu di sekitar

Gontai sudah diri ini karenannya

Hujanpun seketika turun amat derasnya

Kiranya aku sadar kala sapa tak kunjung menemukan sejawat...

"Mungkinkah ia di sini ?," tanya Otakku.

" Tidak !!," giliran hatiku yang menjawab.


Andai saja ia dapat mengukur betapa besar jerawat yang nyata terpatri di jidatku ini, sekarang...


(Pare, 280210, Minggu. Pukul 00.23 waktu sekitar)