/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Jumat, 27 Agustus 2010

Martabak Delivery

Nggak kerasa ya, Ramadhan udah jalan lebih dari setengahnya...Kadang2 pas puasa tenggorokan suka seret malah ngebikin gue seret juga ngeblog,,hehehe...Tapi ya sudahlah, toh gue sudah kembali sekarang. Jadi, langsung aja ya !!!

Sore tadi, setelah mengelilingi pasar Tebet (tetapi tidak seanteronya)untuk beberapa keperluan, sebelum kembali ke rumah, akhirnya kaki ini sampai juga di salah satu toko buku, peralatan kantor & Olah Raga terbesar di Tebet Barat. Gue mau beli Papan Jalan. Ya papan jalan yang pada hakikatnya tidak benar-benar bisa jalan sendiri, atau punya kaki sendiri, melainkan murni hanya sebutan untuk benda itu saja. Yaudah sih ya, gue juga nggak bakal ngebahas tentang papan jalan lebih jauh,,hehehehe...

Setelah tahu harganya Rp.8500 langsung saja gue pergi ke kasir buat bayar segera, karena saat itu waktu sudah hampir maghrib: waktu buka puasa.

Muka mbak2 kasir itu gue lihat agak kusut, mungkin karena lagi puasa jadinya kurang bertenaga. Ditambah mungkin dia cukup bosan dengan aktivitas sehariannya itu: Duduk aja di meja kasir sambil ngobrol ngalur ngidul dengan karyawan lain .

Belum lagi papan jalan gue "dikerjakannya", datang dering handphone untuknya --padahal gue lagi cukup terburu-buru karena gue belum mandi saat waktu berbuka kian mendekat. Dari percakapan telepon mbak kasir itu gue bisa nangkep kalau si owner toko buku itu meminta untuk dibelikan Martabak telor olehnya.

A haaa...sejurus kemudian ide iseng gue terbit. Setelah percakapan telepon itu selesai, gue langsung nyerocos dengan muka dibikin pelongo:

"Eh, mbak emang di sini (maksud:toko buku itu) jual Martabak juga?"

"Hah?" sesaat mbak kasir itu bingung, " hihihi ya ampun,mas, enggak. Tadi tuh si Ibu yang nelpon, minta pesenin martabak depan pasar" mbak itu tersenyum.

"Ooohh...Kirain saya ini toko juga ada layanan delivery martabaknya?"

"Ya nggaklah mas,,hihihi...Ini kembaliannya" mbak itu masih menyunggingkan senyum saat menyodorkan uang Rp.2000 ke gue.

"Sip...makasih ya mbak" kata gue sembari berlalu keluar.

Namun, baru aja beberapa langkah meninggalkan toko itu, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganjal: Harga Papan Jalan itu Rp.8500, sedangkan uang yang gue kasih ke mbak kasir tadi Rp.10000. Seharusnya kembaliannya kan Rp.1500 bukan Rp.2000. Ah, meskipun cuma kecil selisihnya gue nggak mau curang, terlebih lagi gue puasa, bisa-bisa pahala puasa gue hilang kalau berlaku curang kayak gini. Gue yakin mbak tadi khilaf.

Gue balik lagi deh ke toko itu.

"Mbak, kelebihan neh ngasih kembaliannya...kan harga papan jalannya 8setengah, tadi duit saya 10ribu kok mbak ngasih ke saya 2ribu???" gue melihat mbak itu sedang ngobrol dengan temannya sesama karyawati.

"Oh, nggak apa-apa mas,,lagi nggak ada kembalian yang pas...Beneran kok nggak apa-apa" kata mbak kasir.

"Yah, mbak ogah ah...Ntar saya dzalim lagi, neh mbak duitnya" gue menyodorkan 2000an tadi padanya.

Selanjutnya mbak kasir dan temannya tadi terus menerus berkata "beneran, nggak apa-apa kok, kembaliannya segitu aja" . Gue pun kehabisan kata-kata, sampai akhrinya...

"Yaudah, beneran nih ya mbak, saya nggak dzalim ya?? Mbaknya beneran ikhlas ya..."

Mbak kasir terus tersenyum sedikit tertawa," Beneran nggak apa-apa mas".

"Iya,,kita seikhlas-ikhlasnya deh mas" teman mbak tadi ikut menimpal dengan nada yang lebih semangat.

"Yaudah neh, makasih ya mbak" kata gue sambil berlalu meninggalkan mereka yang terdengar masih tertawa-tertiwi kecil.

Lalu, langsung gue berjalan pulang ke rumah dengan agak cepat...Beloommmm Manddiiiii...Bentar lagi Bukaaaaa !!!!

Sabtu, 14 Agustus 2010

Isak Sang Pendosa

Ini anakmu datang, ibu..akhirnya

Entah datang untuk yang keberapa kalinya, tak jelas aku ingat...

Yang jelas, aku yakin sejumlah jari tanganmupun tidaklah lebih banyak ketimbang jumlah kedatanganku padamu,bu

Ibu, maafkan aku...Tolong, jangan hanya kau diam !!! Aku butuh senyummu,bu

Aku mohon Ibu !! berikan maaf itu...berikan senyum indahmu yang dulu...

Tidak !! Tidak !! Jangan kau keluarkan air matamu...Ampun Ibu, bukan itu yang aku pinta, bukan itu yang aku harapkan...

Cukup air mata itu tumpah ketika pernah suatu saat engkau melahirkanku ke dunia...

Air mata dan bahkan kucuran darahmu cukup pantas kau keluarkan untukku...Tapi, itu dulu...Dulu ketika aku masih putih...masih suci..

Sekarang : TIDAK !!!....Air bening nan berkilauan itu terlalu jauh berharga untuk menangisi manusia busuk sepertiku...

Tolong, bu !!!...Hentikan air mata itu...Jika tidak, makin menumpuklah dosaku ini

Yang aku pinta senyummu, bu...Berikanlah tulus untuk diriku, hingga teringankanlah ribuan dosa setiap aliran darah...

Mengapa hanya diam saja, Ibu ?...Apa yang kau lihat ?...Tolong jangan kau menyiksaku dengan membayangkan diriku yang dahulu...

Kesemuanya itu sudah lama terkubur, dan tidaklah terlalu penting ketimbang yang ada sekarang...Ya, sekarang...Itulah yang sebenar-benarnya aku butuhkan..

Syukurlah, kini sudah kau hentikan laju tangismu...Lalu, tunggu apa lagi? Mana senyummu,bu?

Apa? Kau tidak sanggup, bu?...Bahkan, hanya sunggingan kecilpun kau tetap kaku?

Ya, pada akhirnya, ketika aku lapar, aku akan menelan nasi yang telah lama sengaja aku biarkan basi...Sungguh menyakitkan...

Baiklah...Aku pamit, bu...


by : Ndygoreng