/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Minggu, 23 Januari 2011

Salut Untuknya...

Halo teman-teman, saudara-saudara serta para handai taulan semua…Rasanya sudah cukup lama saya tidak menulis di blog ini. Saya tak bisa pungkiri saat ini pekerjaan baru saya –setelah sekian lama menganggur, hehehe— cukup menyita waktu. Hari senggang selepas kerja lebih saya manfaatkan untuk berisitrahat atau mencari hiburan di luar sana. Maklum otak ini butuh di”refresh” agar tidak terlalu berantakan system kerjanya.

Oke, ada baiknya kalau mukaddimah yang tanpa maksud berbasa-basi di atas, kita akhiri segera. Karena si Pencerita ini sudah tidak sabar untuk mengabarkan isi hati dan pikiran kepada para pembaca, seperti sedia kala. Tentu bukan sembarang cerita karena ini merupakan “debut” pemikiran saya di tahun 2011 yang saya akan tuangkan di blog tercinta ini.

Saat ini saya sudah berkerja di salah satu Televisi swasta Indonesia selama hampir 2 bulan berjalan. Saya ikut terlibat dalam sebuah program Talkshow yang dipandu oleh sang Master Mentalist kawakan itu. Jadi, singkat cerita saya pernah mengobrol dengan salah satu kru. Obrolannya cenderung tidak terlalu istimewa hingga akhirnya merembet pada perilaku berbagai artis. Lebih signifikan lagi obrolan kita tertuju pada salah satu pelawak besar di Indonesia. Ia berkelakar “Iya, seru tuh setiap kerja bareng dia. Kita bakalan aman deh kalau syuting”. Saya tidak mengerti, “Maksudnya aman gimana ya,mas ?”. “Maksudnya kita nggak bakal khawatir ketinggalan solat. Karena pas adzan berkumandang dia bakal langsung berinisiatif untuk menunda syuting dan mengajak kita, para kru, untuk solat berjamaah”.

Mendengar itu ada sedikit kelegaan di hati ini. Selama ini saya hanya mengagumi sebatas keahliannya dalam melawak saja.

Hari itu datang juga. Program kami setelah jalan 2 bulan, akhirnya bisa mencocokkan jadwal dan mengundang pelawak itu menjadi tamu/narasumber kami. Tentunya kehadiran dia di acara kami sangat dinanti-nantikan pemirsa seantero negeri.

Bersahut adzan magrib, saat itu saya dan beberapa kru memanfaatkan break syuting untuk solat. Dan benar, si pelawak tersebut berada tepat di saf belakang saya. Belum selesai sampai situ. Karena ketika waktu Isya datang bahkan dia sudah “colong start” tiba di musola studio yang kecil dan sempit itu. Kali ini ia tidak bertindak sebagai makmum, melainkan sebagai Imam. Saya yang akhirnya menjadi masbuk (makmum yang tertinggal rakaat berjamaah) sempat mendengar bacaan suratnya yang cukup baik.
Dan lagi-lagi belum selesai : Si Pelawak itu pula yang memimpin kami berdoa usai solat isya berjamaah. Sebagai gambaran saja, biasanya yang melakukan ini adalah para imam masjid atau ustadz-ustadz yang memiliki ilmu agama tinggi saja.

Lalu, keterkejutan saya muncul kembali. Saya sedang memasang sepatu ketika si pelawak itu sudah siap menyantap mie ayam –yang disajikan oleh asistennya—tidak segan menawarkan makan pada saya : “Mas, mari makan”. Kalimat itu terlontar luwes seolah dia menanggalkan predikat “keartisan”nya saat itu juga. Saya berusaha menyembunyikan keheranan saya, lalu mencoba mencuri kesempatan untuk ber”foto bareng” dengannya (hehehe mau udik jangan tanggung-tanggung). Saya berfikir: kapan lagi saya memiliki kesempatan untuk foto bersama salah satu Legenda Lawak Indonesia??

Dan diapun tidak terlihat terpaksa mengiyakan permintaan sederhana saya itu

Sayapun mencoba mencairkan kegugupan diri ini, “ Mas, saya sudah jalan hampir 2 bulan kerja di sini, tapi kok baru bisa ketemu mas sekarang ya? Hehehe”. Dia pun menanggapi ramah dan santai sambil mengaduk-ngaduk mie ayamnya “Hmmm, oh lo baru 2 bulan ikut program talkshow ini?”. “Iya mas. Yaudah mas saya harus balik lagi ke stage. Makasih banyak ya,mas”, saya mengakhiri obrolan singkat itu dengan 2 alasan: pertama karena saya memang harus standby di stage dan kedua karena otak saya mendadak blank. Mungkin karena efek kegugupan saya yang over, jadinya saya tidak memiliki cadangan topik pembicaraan.

Tapi, setidaknya saya puas. Selain bisa mengabadikan momen dengan sang pelawak, saya juga berkesempatan bisa membuktikan fakta dari obrolan saya dengan salah satu kru, tempo hari. Dan masih begitu banyak sisi positif yang saya lihat dari dia, di lokasi syuting saat itu, yang tidak mungkin saya uraikan kesemuanya. Karena sepertinya tidaklah bijak kalau saya terlalu memuji seseorang setinggi langit, seolah tanpa cela.

Satu hal yang pasti: Bagi saya dan mungkin beberapa orang setuju bahwa lawakannya hampir selalu berhasil mengocok perut dan tidak sedikit pula pelawak lainnya yang terisnpirasi olehnya serta meniru gaya melawaknya. Juga Attitudenya yang bersahaja membuat saya bertambah kagum di mana dia besar di tengah-tengah lingkungan para tokoh hiburan, yang notabene hidup dalam gelap dan gemerlapnya dunia panggung.

Ya, saya melihat Sang Pelawak itu cukup jauh dari stereotype keartisan tersebut.

Salut untuknya : UHHHUUUUUUUYYYYYYYYYYYY !!!!