16
Juni 2013
Saat ini saya baru saja melewati
Stasiun Malang menuju jalan pulang ke Jakarta. Seperti yang sudah diperkirakan,
kunjungan ke malang 2 hari 1 malam ini tidak cukup. Perjalanan banyak tersita
di atas rel ketimbang jalanan aspal kota Malang.
Di hari pertama, setelah melalui kurang
lebih 15-16 jam perjalanan keretam saya dan Igo langsung menemui Feby untuk
segera ke rumah pengantin yakni teman kami, Dita. Tidak ada waktu istirahat,
karena pada jam 11 acara resepsi akan berlangsung. Tak sia-sia perut kososng
selama perjalanan, pada saat acara resepsi hampir semua jenis makanan yang
tersedia kami lahap. Kenyang!
Setelah selesai acara resepsi, kami
langsung menuju hotel untuk istirahat sejenak. Ema, teman kami menyusul ke
hotel untuk kemudian mengajak kami untuk berwisata kuliner bakso bakar. FYI,
Ema adalah teman kami –begitu juga Dita- saat
“berguru” di kampung Inggris-Pare, beberapa tahun yang lalu.
Malamnya, pengantun baru mengajak kami mlaku-mlaku alias jalan-jalan ke Batu.
Sekitar setengah jam perjalanan kami tiba di daerah wisata Batu, tepat di
alun-alunnya. Langsung saja kami menuju kedai susu murni yang terletak di
pinggir alun-alun. Rasa susu hangatnya tetap sama, suegerr tenaaannn..
Suasana alun-alun begitu berbeda
dibanding terakhir saya ke sini 4 tahun lalu. Orang lalu-lalang oenh dan
disesaki pula oleh kendaraan bermotor yang memarkir di sana –sini. Kebetulan
pula sedang ada BATU FAIR (sejenis Jakarta Fair) di sekitar alun-alun.
Muda-mudi hilir mudik membuat mata yang mengantuk ini menjadi segar sekejap.
Ditambah banyak penampakan gadis cantik rupawan di sini.
Alun-alunnya meriah sekali dikarenakan
banyaknya arena bermain seperti kincir-kincir, playground dan mobil-mobilan
kecil untuk anak bermain. Khusus kincir-kincir, bentuknya begitu megah
mengingatkan saya kepada The London Eye-nya Inggris.
Di salah satu sudut pun kita bisa
melihat anak-anak kecil main air. Airnya muncul dari bawah tanah, seperti
permainan air mancur yang ada di Lollypop dalam mal-mal Jakarta. Tetapi yang
ini berbeda, anak-anak bisa bermain secara cuma-cuma, ya Gratis. Hebat juga,
ya, main air diselimuti udara dingin kota Batu..
Saya sungguh salut dengan pemerintah
setempat yang bisa membaurkan masyarakat ke dalam suatu wadah yang meriah dan
murah. Muda-mudi memadu kasih, anak kecil main yang ditemani para orang tua
menjadi pemandangan lumrah di tengah warna-warni dan kelap-kelip alun-alun
Batu.
Tidak lama kemudian kami pun pulang.
Selain karena saya, Igo dan Feby sudah lelah tentu kami juga ingin mempersilakan
Dita dan mas Fajar, suaminya, untuk melanjutkan “kegiatan” lainnya. If you know what I mean..
Pertandingan sepakbola antara Spanyol
U-21 vs Norwegia U-21 pun menjadi tidak menarik bagi saya. Hanya sanggup
menonton satu babak, akhirnya pun saya tertidur.
Keesokan paginya, saya menyempatkan
diri untuk melihat aktivitas “Car Free
Day” di jalan raya sekitar hotel, sebelum sarapan pagi. Ya, ramai dan tertib.
Selepas dzuhur kami pun check out dari
hotel kemudian kembali ke rumah Dita untuk pamitan. Seperti biasa, sambutan
orangtua dan keluarganya begitu baik. Sang ibu memberi jaminan tempat numpang
menginap bila suatu saat kami kembali datang ke Malang lagi. Kami benar-benar
berterima kasih atas sambutan keluara Dita yang tulus. Keluarga yang hangat dan
menyenangkan.
Empat stasiun sudah terlewati saat saya
ingin mengakhiri tulisan ini. Oh iya, saat perjalanan kereta dari Jakarta
menuju Malang kemarin saya mendapat kabar baik. Kakak saya melahirkan seorang
putri cantik, Vania namanya. Tentu, sudah tidak sabar saya ingin bertemu dan
mencium pipi imut si kecil Vania.
Bukan hanya itu, saya juga tidak sabar
ingin bersua kembali denganmu, iya, kamu…
Ke Jakarta aku kan kembali…