/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Minggu, 09 September 2012

Si Malang Sahin, Si Pecundang Suarez dan Si Pejantan Vermaelen

Laga Liverpool vs Arsenal di Anfield berhasil menjadi pemecah kebuntuan skuad The Gunners. Bermodalkan 2 hasil seri di 2 pertandingan sebelumnya, membuat Arsenal (kembali) di-cap "tidak mampu" bersaing di Liga Utama Inggris. Point of Interestnya tentu mengarah pada kepergian 2 pemain andalan mereka, Robin Van Persie dan Alex Song dari Emirates Stadium.

Memang, cuma Arsenal yang bisa membuat saya betah berlama-lama menonton sepakbola di Televisi. Permainan "Arsenal Way" sudah mengalir dan mendominasi pertandingan sejak awal. Orang-orang berkata duet Cazorla dan Arteta telah men-Spanyolkan lini tengah Arsenal, dari segi bermain. Padahal tidak sepenuhnya benar. Jauh sebelum istilah Tiki-Taka Spanyol populer, Arsenal Way milik Gunners sudah dipraktekkan terlebih dulu. Permainan bola pendek dari kaki ke kaki sudah melekat dalam filosofi sepakbola Arsenal, yang mendobrak gaya sepakbola konvensional Inggris dengan kemonotonannya.

Lukas Podolski akhirnya mencetak gol debutnya di Arsenal, dalam partai resmi, setelah melakukan kerjasama apik dengan Santi Cazorla, pada babak I. Gelandang jenius asal Spanyol inipun kebagian giliran mendapat "service" apik dari Prince Poldi di babak kedua. Iapun berhasil mempecundangi kompatriotnya di timnas Spanyol, Jose Reina. 0-2 untuk Arsenal.

Usaha Steve Bould (Assisten Pelatih dan Ex Defender Arsenal) dalam memperbaiki kinerja defense Arsenal cukup berhasil sejauh ini. Kuartet Gibbs-Vermaelen-Mertesacker-Jenkinson nyatanya ber-Transformasi menjadi tembok nan kokoh bagi Gerrard cs. Saya pun melihat sebuah ironi dari sosok Luis Suarez. Bakat emasnya menjadi terkesan MURAHAN ketika ia berulangkali mempraktekkan aksi diving. Rupanya ini yang membuat progressnya seakan mandek di Liverpool, pikir saya.

Kembali ke BACK FOUR Arsenal. Jenkinson cukup apik berduel dengan Raheem Sterling dan Enrique di sisi lapangan. Kekurangannya hanya terlihat di awal pertandingan saat ia dan Mertesacker beberapa kali melakukan error passing. Nama terakhir melakukan aksi penting saat men-tackle bersih bola Sterling, di dalam kotak penalti Arsenal. Sterling lagi? Ya, cuma dia pemain Liverpool yang patut diberi kredit, karena aksinya yang sering merepotkan barisan pertahanan Arsenal sepanjang pertandingan.

Kierran Gibbs, bila selalu fit akan cukup mampu menggantikan peran Ashley Cole di timnas Inggris. Sedangkan Vermaelen.. Wah, determinasinya sungguh-sungguh melambangkan kejantanan seorang kapten (satu elemen yang tampaknya tidak dimiliki oleh kapten Arsenal sebelummnya). Ketangguhan plus komandonya memimpin tim dan menggalang pertahanan membuat ia pantas dijuluk The New Tony Adams.

Sang Kiper, Vito Mannone juga menunjukkan bahwa beruntungnya Arsenal memiliki sekumpulan stok kiper handal. Beberapa kali ia melakukan penyelamatan penting, terutama saat ia memblok dengan cara terbang, tendangan luar kotak penalti Shelvy. Tak heran, apabila Manuel Almunia hengkang. Dan ini menjadi peringatan keras untuk duo kiper Polandia, Woj Sczeszny dan Fabianski, bahwa persaingan di bawah mistar gawang akan semakin sengit.

Agak maju ke lini tengah, fokus akan pula tertuju pada Abou Diaby. Ah, saya harus memohon kepada Tuhan agar selalu menjaganya dari cedera dan tetap fit sepanjang musim. Visinya mungkin belum sebriliant Alex Song, namun kekuatannya bisa dikatakan hampir menyerupai. Kedisiplinan menjaga area tengah pun patut diacungi jempol. Skill dan Teknik bolanya berani saya adu dengan Yaya Toure, gelandang Man City. Rupanya ini alasan Wenger tidak berniat menjual pemain yang selalu dihujat oleh para Gooner itu.

FYI, Diaby adalah satu-satunya pemain Arsenal yang tersisa kini, yang sempat merasakan bermarkas di Highbury Stadion. Ya, Wenger lama mempertahankannya demi sesuatu yang spesial dalam diri Diaby. Semoga ini akan berlangsung dalam waktu yang lama.

Oliver Giroud kembali menggagalkan peluang emas mencetak gol dalam pertandingan ini. Assist cantk Diaby tidak mampu ia konversikan menjadi gol, kendati peluangnya sudah 95% gol. Gol dan assist yang dibuat oleh duo "rookie", Cazorla-Podolski, diharapkan bisa menjadi pelecut Giroud untuk mencetak gol di pertandingan selanjutnya.

Satu hal yang membuat bulu roma sedikit berdiri adalah ketika sorakan "ARSENE WENGER !" memekik dan membahana seisi Anfield, yang katanya selalu riuh dengan "You'll Never Walk Alone"nya. Ya, Wenger sedikit demi sedikit (hampir tiap musim seperti ini kondisinya) meredam kritik atas penjualan-penjualan pemain terbaiknya, di awal musim. Ditambah lagi, ia tidak menambah pemain baru di penutupan Transfer Window I, seperti yang diharapkan oleh para Gooner. Kebijakannya jauh tidak populer seperti Tottenham Spurs dengan pembelian Clint Dempseynya, Manchester City dengan perekrutan Douglas Maicon, atau juga Liverpool dengan peminjaman Nuri Sahin nya. Namun, tetap saja Gooners mencintai Wenger dan memang sang Profesor pantas dicintai atas kejeniusan otaknya itu.

Well, menyinggung nama Nuri Sahin, tampaknya kekalahan Liverpool ini akan menjadi salah satu penyesalan terdalamnya seumur hidup. Keinginan besarnya adalah berkostum Arsenal, namun apa daya bila Real Madrid dengan Jose Mourinho nya memaksa si pemain berkostum Liverpool dengan status pinjaman. Imbasnya, dia tidak bisa merasakan kenikmatan sepakbola Arsenal, alih-alih hanya bisa menyaksikan dan merasakan penderitaannya diperdaya oleh The Great Arsenal Way.

COME ON YOU GUNNERS !!