/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Jumat, 29 Maret 2013

JAKARTA ADA-ADA SAJA, YA!


       Picture by: Gito Barkah


Ya, belum sampai seminggu kemarin ada mayat tergeletak di jembatan penyeberangan persis depan kantor gue. Beruntung gue tidak melihat langsung, berbeda dengan teman gue yang sempat melihat tubuh sang mayat mulai membiru. Tidak jelas disebabkan oleh apa, yang pasti fenomena itu cukup tidak lumrah buat gue sejauh gue tinggal di Jakarta.


Yaudahlah, topik tadi begitu menyeramkan. Bagaimana kalau kita membahas hal yang lebih menyenangkan?


Oke, suatu pagi seperti biasa gue berangkat kerja ke kantor via Transjakarta. Dan seperti biasa (lagi) gue berdiri, tidak dapat tempat duduk. Nah, pointnya di sini, nih. Ketika di depan gue ada seorang ibu dengan 3 anaknya, plus asisten rumah tangga.


Tidak ada yang aneh sampai tiba-tiba salah satu anak, yang gue takar kira-kira berumur 10 tahun, sedang menggenggam Samsung Tablet sambil duduk dengan sikap leyeh-leyeh. Yah, namanya juga anak-anak, mungkin dia belum dapat pelajaran sikap Tenggang Rasa, sehingga tidak mempedulikan gue yang berdiri sambil bersimbah peluh kegerahan. Well, gue tidak sedang mengeluh, ya. Hehehe.


Yang menarik adalah si anak Tab ini mendengarkan lagu dari Tabnya tanpa menggunakan earphone. Volumenya tak tanggung-tanggung: sepertinya mampu terdengar seantero Transjakarta. Lagunya? Jangan ditanya. Tak tanggun-tanggung lagunya Bruno Mars (maaf gue tidak tahu judulnya, yang pasti lagunya baru dan familiar di telinga) dan Laruku (gue juga tidak tahu judulnya). Dan bahasa tubuhnya pun sungguh menggemaskan. Mulutnya bergumam. Ya, dia hafal lirik lagu-lagu tersebut!


Yassalam, gue langsung flashback ke masa lalu saat gue seumuran dia kira-kira apa yang sering gue lakukan. Lalu, muncullah Galaksin, Tak Benteng, Taplak, Gundu alias Kelereng di benak, dan oh, timbullah “diobok-obok”nya Joshua, lagu-lagunya Sherina, (dulu gue naksir berat ini orang), Hits Trio Kwek-kwek yang dulu kadang segan gue nyanyikan karena gue pemalu. Ahh, pada pergi kemana kalian sekarang ini?


Tepat keesokan harinya, gue menemukan lagi cerita lain dari Jakarta. Sepulang kuliah, gue yang baru turun dari kereta langsung bergegas menuju angkot untuk pulang. Angkotnya ngetem seperti biasa (lagi-lagi). Pemandangan yang tidak lumrah, saat gue melihat sang sopir angkot sedang memangku anaknya, yang kira-kira masih 2 tahun, di depan kemudinya. Kesehariannya gue bisa melihat hal yang sama pada keponakan gue, yang dipangku bapaknya di depan setir, untuk jalan-jalan keliling sekedar untuk hiburan.


Yang ini jelas berbeda, si anak “dipaksa” orangtuanya untuk ikut dan menjadi saksi mata sang Ayah mencari nafkah. Tak lama, ibu nya datang. Pasangan suami-istri itu terbilang muda. Gue prediksi si Ayah tak lebih dari 24 tahun. Sedangkan istrinya mungkin sepantaran member JKT48 yang paling muda, deh.


Sepanjang perjalanan, si Ibu  menyuapi anaknya dengan tahu gorengan, yang tadi dibelinya dekat stasiun. Ayahnya merokok. Dan tak lama setelah ia selesai menghembuskan asap beracunnya itu, ia tarik lengan anaknya kembali ke pangkuannya. Sekarang, giliran sang Ibu yang merokok.


Gue sempat sedih waktu lengan anak itu ditarik Ayahnya, yang buat seumuran dia itu termasuk kasar. Keprihatinan gue tidak berhenti sampai di situ. Beberapa kilometer sebelum gue turun, angkot sempat menepi. Rupanya, duet maut Suami-Istri itu membeli sebungkus rokok tambahan serta minuman kopi kemasan. Yang namanya Ibu pasti rasa sayang ke anaknya begitu besar. Namun, masing-masing persona tentu memiliki caranya tersendiri untuk mengungkapkan hal tersebut.


Setelah selesai menyuapi goreng tahu ke anaknya, sang Ibu memberikan minuman kopi kemasannya itu untuk si buah hati. Ya, gue ulang dan lengkapi, minuman kopi kemasan yang mungkin harganya cuma Rp 1.000 dengan komposisi kafein yang tinggi! Jaman kuliah D3 dulu, gue sering minum kopi kemasan itu dan itu ampuh buat gue dan kawan-kawan menyelesaikan tugas sampai larut dengan mata melek sempurna.


Gue sih tidak tahu dampak apa yang diterima oleh bayi bila mengonsumsi kafein. Yang jelas itu bukanlah suatu hal yang positif.


Well, gue di sini sama sekali tidak menghakimi atau menyalahkan kedua orang tua tangguh tersebut atas gorengan, tarikan lengan yang kasar, kopi kemasan dan asap rokoknya. Mungkin bagi mereka itu cara terbaik dalam mendidik anaknya untuk lebih tangguh dalam menghadapi kerasnya Ibu Kota, kelak.


Saat menulis ini, ada satu kalimat yang langsung terngiang di otak gue: INI JAKARTA, BUNG!